" E- Commerce" Bukan Pemicu Lesunya Bisnis Ritel, Ini Alasannya

" E- Commerce" Bukan Pemicu Lesunya Bisnis Ritel, Ini Alasannya


Gambar : unsplash.com


Dalam beberapa waktu terakhir, beberapa peritel di Tanah Air mengumumkan penutupan operasionalnya. Terdapat pula peritel yang mengumumkan labanya merosot lumayan ekstrem. Beberapa pihak yang memandang keadaan bisnis ritel yang cenderung lesu tersebut ialah akibat dari menjamurnya perdagangan dalam jaringan( daring) termasuk e- commerce. Timbulnya bermacam- macam toko daring juga tidak pelak membuat preferensi belanja konsumen berganti. Bagaimana tidak, saat ini konsumen bisa dengan gampang membeli barang yang diperlukan, cukup dengan mendatangi laman ataupun aplikasi toko daring, memilah barang, membayar, kemudian barang dikirim. Konsumen tidak butuh repot- repot berangkat ke toko ataupun pusat perbelanjaan buat penuhi kebutuhannya.


Akan tetapi, apakah benar keadaan yang serba gampang serta aman itu jadi biang keladi lesunya bisnis ritel? Pengamat e- commerce Daniel Tumiwa memandang, perihal itu tidak seluruhnya benar. Daniel menjelaskan, walaupun tumbuh sangat pesat, tetapi butuh diingat kalau dikala ini pangsa e- commerce masih kurang dari 4 persen dari total bisnis ritel. Pasti ini tidak sebanding dengan masih jauh lebih besarnya bisnis ritel konvensional." Saya tidak melihat gara- gara e- commerce. Masa gara- gara itu( e- commerce)? Tidak," kata Daniel kepada wartawan di Jakarta, Rabu( 4/ 4/ 2018).


Daniel menyebut, peritel yang sudah ada saat sebelum e- commerce tumbuh butuh memperbaiki diri di tengah berkembangnya teknologi digital. Para peritel tersebut juga wajib kembali berinvestasi buat menata ulang sistem distribusi serta bisnisnya.


Untuk Daniel, bisnis ritel bukannya hadapi penyusutan. Akan tetapi, dengan masa digital yang terjalin dikala ini, merupakan suatu opsi bisnis apabila peritel konvensional tidak mengganti diri, maka dapat saja mereka mati. Dikala ini juga, imbuh mantan CEO OLX Indonesia tersebut, beberapa peritel telah atau tengah dalam proses buat mengganti dirinya. Tujuannya pasti saja buat merelevankan diri dengan keadaan dikala ini." Mereka lagi proses mengganti diri biar relevan," jelas Daniel. Dengan perkembangan pengguna internet di Tanah Air, Bank Indonesia( BI) memperkirakan terdapat 24, 7 juta orang yang berbelanja secara daring. Nilai transaksi e- commerce juga diprediksi menggapai Rp 144 triliun pada 2018. Angka tersebut melonjak dari Rp 69, 8 triliun pada tahun 2016 serta Rp 25 triliun pada tahun 2014 kemudian. 


Sumber : https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/05/070000026/-e-commerce-bukan-penyebab-lesunya-bisnis-ritel-ini-alasannya

To Top